Bisnisnews.net || Terminal identik dengan kebisingan, kendaraan besar, dan lalu-lalang penumpang. Namun, Terminal Tipe A KH. Ahmad Sanusi di Kota Sukabumi menepis anggapan itu dengan menghadirkan inovasi unik: menjadikan terminal sebagai ruang publik yang sarat nilai edukasi dan budaya.
Sejak 1 Oktober 2023, salah satu sudut terminal yang berada di Jalan Lingkar Selatan ini menjadi rumah baru bagi Museum Ki Pahare, museum sejarah yang sebelumnya berada di Kecamatan Baros. Dengan koleksi ratusan artefak dari masa prasejarah, era klasik, hingga masa kolonial, museum ini menghadirkan dimensi baru dalam pengalaman pengunjung terminal.
Pengawas Satuan Pelayanan Terminal, Yukky Rahmat Yunus, menyebut kehadiran museum ini merupakan wujud transformasi fungsi terminal dari sekadar tempat transit menjadi ruang pembelajaran dan pelestarian budaya.
“Kami ingin menciptakan terminal yang terbuka bagi semua kalangan, bukan hanya pengguna transportasi. Melalui Museum Ki Pahare, masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan sejarah lokal secara gratis dan mudah diakses,” ujar Yukky, Rabu (30/7/2025).
Konsep ini terbukti inklusif. Setiap harinya, museum menerima kunjungan dari pelajar, mahasiswa, hingga wisatawan mancanegara. Dalam pelaksanaannya, museum juga terintegrasi dengan Program SALUD (Sadar Lalu Lintas Usia Dini) — sebuah inisiatif edukasi keselamatan berkendara yang melibatkan anak-anak dari berbagai jenjang pendidikan.
“Dalam kunjungan edukasi ke terminal, kami selipkan juga sesi eksplorasi museum. Anak-anak bisa belajar budaya lokal dan sejarah sambil memahami pentingnya tertib lalu lintas,” tambah Yukky.
Meski berada di area terminal yang padat, pengelolaan ruang telah dirancang secara cermat untuk memastikan pengunjung museum tetap aman dan nyaman. Jalur kendaraan dan area publik dipisahkan dengan rapi tanpa mengganggu operasional transportasi.
Museum Ki Pahare buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB dan tidak memungut biaya masuk. Akses yang mudah dan gratis ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.
“Ini bagian dari upaya kami membuka ruang-ruang literasi sejarah di tempat yang tak biasa. Silakan datang kapan saja. Museum ini bukan hanya untuk penumpang, tapi untuk seluruh warga,” tutup Yukky.***(RAF)
Editor : M. Nabil